“Hilang”
Banyak
hal dalam proses menggapai sebuah impian, banyak hal yang berhubungan dengan
perasaan. Bahkan semuanya terus menerus menghantui kepala dalam prosesnya. Ketika
logika dan perasaan kacau, tubuh hanya pasrah dihantam realita yang datang. Bagaimana
perasaanmu saat ini? Ucapnya dikala senja hampir pudar. Saat itu dirinya masih
ragu untuk mengatakan bagaimana perasaannya. Berkali-kali di pancing dengan
perkataan lain, tetap saja dirinya masih ragu untuk mengungkapkan. “ya Allah
tolong bantu hamba, rasa ini beda dengan rasa yang sebelumnya” lirihnya dalam
hati. Senja berganti malam kembali lagi membuat otaknya berpikir keras. Matanya
masih fokus dengan gadgetnya yang dari tadi dia amati baik-baik.
Ketika
mentari tiba pikirannya masih sama, tidak ada yg berubah. Hampir berapa bulan
belakangan ini pikirannya itu-itu saja. Apa dirinya sedang depresi? Nggak. Dia hanya
tidak habis pikir. Kenapa pertanyaan seperti itu terus ditanyakan kepadanya. Apakah
ada yang salah dengan dirinya sehingga pertanyaan itu masih sama. Sudahlah,
pikirnya. Lambat laun matahari hampir sepertengah siang, dirinya masih fokus
bermain-main dengan gadgetnya. Sesekali dirinya tertawa terbahak-bahak
sendirian. Mungkin jika ada orangtua yg melihatnya dikira stress. Tapi nyatanya
memang dia suka nonton video lucu di platfrom
sosialmedia. Wajar saja selera humornya agak tinggi.
Tahun
ini, ucapnya. Apakah ada harapan yang sama seperti saat itu. Pikirannya masih
menerka-nerka. Masih abstrak dan terkesan abu-abu. Sudahlah sepertinya memang
belum saatnya. Kemarin juga gitu belum apa-apa sudah pamit duluan, ketusnya
dalam hati. Memulai hari dengan pagi yg berkualitas merupakan salah satu hal
yang harus dibiasakan. Banyak orang yang masih pagi-pagi sudah marah-marah. Banyak
orang yang masih pagi sudah berantem dalam rumah. Banyak orang yang masih pagi
masih saja ketiduran. Bahkan ada yang lebih parah, masih pagi sudah dikirimi foto
dari temannya bahwa pacarnya yang kemarin dia ajak jalan sama-sama sudah dilamar
oleh seorang pengusaha kaya yg orangtuanya haji. Kondisinya juga mungkin berbeda
jikalau respon kita berbeda. Dan, semua orang bisa membuat paginya menjadi
berkualitas dengan cara jangan lupa shalat subuh berjamaah di masjid. Itu saja.
Karena orang yang subuhnya bagus akan berdampak positif terhadap paginya.
Katanya
kamu kemarin dari luar kota ya? Ucap seorang temannya. Keluar kota mana? Jawabnya.
Dirinya seolah-olah tidak mau ditau bahwa memang dia baru saja dari luar kota. Bahkan
segala sesuatu tentang pencapainnya jarang sekali dia ekspos di media sosialnya.
Apakah dia normal?. Tentu saja dia normal. Tidak ada yang salah dengan orang
yang tidak mempublish hal-hal yang berhubungan dengan pribadinya. Kalau dia
tidak mau ceritakan jangan dipaksa. Itu hak dia, jangan kita malah membabi buta
pertanyaan-pertanyaan yg memang dia tidak mau jawab. Sudah sering kali dirinya
melalui hal-hal demikian. Baginya hal seperti itu udah biasa. Terkadang dirinya
hanya ingin dicari, ditanya, di perhatikan. Bahwa dirinya tidak sedang benar-benar
hilang. Dirinya masih ada, dan masih dipertanyakan.
Lupakan.
Apa semudah itu? Pikirnya. Kenapa sulit sekali menerima semua kenyataan ini. Apa
susahnya jujur, walaupun emang pahit. Apa dirinya terlalu selektif?. Bisa jadi
iya. Semenjak masa lalunya sudah pergi. Perasaannya sudah berubah, bukan hanya
soal rasa tapi komitmen. Bahkan menerima orang baru dalam kehidupannya sangat
susah. Pikirnya, pasti tidak beda jauh dengan yang kemarin. Menyatukan rasa sepertinya
cukup rumit. Waktu terkadang dapat merubah segalanya. Biasanya luka yang hebat
akan sembuh dengan waktu yang cukup untuk menyembuhkanya. Bahkan dalam masa
pencarian rasa, luka masalalunya akan sembuh perlahan. Memang hadirnya orang baru
belum tentu cocok. Terkadang kita melihat banyak kesamaan, tapi itu belum
menjamin rasanya juga akan sama. Seselektif apapun kita, semuanya akan sulit. Cocok
atau tidaknya itu aturan manusia. Yang menyatukan seseorang itu adalah takdir.
Hari-hari
rasanya akan berbeda jika ditemani dengan orang yang tepat, khayalnya. Eh, kok
malah kesana ya. Dirinya baru saja tersadar. Sudahlah, jatuh cinta itu tak
semudah yang dibayangkan. Jika memang hilang, artinya Allah belum takdirkan itu
milik kita. Kehilangan hanya sebuah titipan yang semu. Bisa jadi suatu saat
nanti akan kembali dengan wujud yang berbeda. Namun dengan rasa yang sama. Semuanya
hanya perihal waktu kok. Hilangnya rasamu bukan berarti kamu selektif. Kamu hanya tidak mau menaruh
rasa ditempat yang salah. Definisi selektif tak sesempit itu. Definisi selektif
yang sebenarnya adalah selalu menghadirkan Allah dalam prosesnya.
Setelah
itu jangan ada lagi hari baru dikalendar kehidupanmu. Hari yang membuatmu
meratapi dirinya yang memang tidak ditakdirkan untukmu. Usai sudah perjumpaanmu
dengan dirinya. Biarkan dirinya hilang layaknya fatamorgana. Kembalilah kepada dirimu
yang baru. Buka lembaran kehidupan barumu, bahagiakan dirimu dan bahagiakan kedua orang tuamu. Buat dia bangga, in syaa
Allah takdir itu akan datang dengan sendirinya.
Kendari,
… November 2022
Dari
saudaramu Muhammad Asdar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar