Suasana Awal: Tahun 2014
Tahun 2014 adalah tahun yang penuh dengan harapan dan kecemasan ketika saya pertama kali tiba di Pondok Pesantren An-Nuriyah Bontocini. Terletak di sebuah desa yang tenang, pondok ini dikelilingi oleh pemandangan sawah yang hijau dan udara segar. Suasana di sini begitu berbeda dari kehidupan perkotaan yang sibuk dan penuh dengan kebisingan. Saya merasa seperti memasuki dunia baru yang penuh kedamaian namun juga penuh dengan tantangan.
Hari-hari pertama di pondok pesantren diisi dengan perkenalan dengan lingkungan baru dan teman-teman santri lainnya. Kami semua berasal dari berbagai daerah, membawa cerita dan latar belakang yang berbeda. Meskipun awalnya terasa canggung, kebersamaan dalam menjalani kegiatan sehari-hari di pesantren dengan cepat mengikat kami dalam persahabatan yang erat. Kami mulai dengan aktivitas rutin, seperti sholat berjamaah, mengaji, dan belajar di kelas, yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di pesantren.
Tahun 2015: Menyesuaikan Diri dan Mendalami Ilmu
Memasuki tahun 2015, saya mulai merasa lebih nyaman dan terbiasa dengan ritme kehidupan di pondok. Kegiatan sehari-hari mulai terasa seperti kebiasaan yang tak tergantikan. Saya merasa semakin dekat dengan teman-teman dan para ustaz yang selalu siap memberikan bimbingan. Salah satu momen yang paling berkesan adalah saat kami mengadakan kegiatan bakti sosial di desa sekitar. Kami membantu membersihkan lingkungan dan berbagi sembako dengan warga yang membutuhkan. Momen ini memberikan saya pelajaran berharga tentang pentingnya berbagi dan berkontribusi kepada masyarakat.
Di sisi lain, tantangan akademik juga semakin meningkat. Pelajaran kitab kuning dan hafalan Al-Qur'an menjadi fokus utama. Saya harus belajar disiplin dalam membagi waktu antara belajar, beribadah, dan beristirahat. Ada momen-momen di mana saya merasa lelah dan putus asa, terutama saat harus menghafal ayat-ayat panjang atau memahami teks-teks klasik yang sulit. Namun, dukungan dari teman-teman dan ustaz menjadi pendorong untuk terus maju.
Tahun 2016: Kebersamaan dan Ujian
Tahun 2016 adalah tahun yang penuh dengan kegiatan. Kami tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga terlibat dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, seperti olahraga, seni, dan diskusi agama. Saya ikut dalam kelompok diskusi yang membahas berbagai topik keagamaan dan sosial. Diskusi-diskusi ini membuka wawasan saya tentang berbagai pandangan dan pemikiran yang ada dalam Islam.
Namun, tahun ini juga penuh dengan ujian, baik ujian akademik maupun ujian kehidupan. Salah satu momen yang sulit adalah ketika salah satu teman dekat saya harus keluar dari pesantren karena masalah keluarga. Kehilangan teman yang selalu bersama dalam suka dan duka membuat saya merasa sangat sedih. Namun, pengalaman ini juga mengajarkan saya tentang keteguhan hati dan pentingnya mendukung satu sama lain.
Akhir Perjalanan: Tahun 2017
Tahun 2017, tahun terakhir saya di Pondok Pesantren An-Nuriyah Bontocini, adalah tahun yang penuh dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, saya merasa bangga dengan pencapaian saya selama ini, baik dalam hal akademik maupun spiritual. Saya berhasil menyelesaikan hafalan beberapa juz Al-Qur'an dan memahami beberapa kitab klasik. Di sisi lain, ada perasaan sedih karena harus meninggalkan tempat yang telah menjadi rumah kedua bagi saya.
Momen perpisahan dengan teman-teman dan para ustaz adalah momen yang sangat emosional. Kami mengadakan acara perpisahan sederhana, di mana kami saling berbagi cerita dan kenangan indah selama berada di pondok. Ustaz memberikan nasehat terakhir yang menyentuh hati, mengingatkan kami untuk tetap teguh dalam berpegang pada ajaran agama dan selalu menjaga silaturahmi.
Kenangan yang Tak Terlupakan
Perjalanan menempuh pendidikan di Pondok Pesantren An-Nuriyah Bontocini dari tahun 2014 hingga 2017 adalah pengalaman yang penuh dengan liku-liku, tetapi juga penuh dengan pelajaran berharga. Dari suasana damai pedesaan, tantangan akademik, kegiatan sosial, hingga kebersamaan yang erat dengan teman-teman dan ustaz, semuanya menjadi bagian tak terlupakan dalam hidup saya.
Tiga tahun ini tidak hanya membentuk saya secara akademik dan spiritual, tetapi juga secara emosional dan sosial. Saya belajar tentang disiplin, ketekunan, kebersamaan, dan pentingnya berbagi. Semua kenangan ini akan selalu saya bawa ke mana pun saya pergi, sebagai bekal dalam menghadapi tantangan kehidupan di masa depan. Pondok Pesantren An-Nuriyah Bontocini akan selalu menjadi bagian dari diri saya, sebuah tempat yang mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar