Mengubur Benci, Dengki & Riya - MUHAMMAD ASDAR AX09

MUHAMMAD ASDAR AX09

Stay to focus And complete the journey

Video Perpustakaan Dan Masyarakat

Senin, 20 Juli 2020

Mengubur Benci, Dengki & Riya

MENGUBUR BENCI, DENGKI & RIYA


Segenggam air mulai kubasuhkan ke wajah di akhir sepertiga malam. Selangkah demi selangkah kumulai mempersiapkan diri untuk bermunajat kepada Sang penguasa Alam semesta. Tak ada sedikit keraguan mengapa malam itu tiba-tiba aku terbangun dari mimpi indahku. Sekilas menengok jam di smartphone menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Saat itu juga badan yg belum maksimal menyerap semua energi alam, lansung bangun dan menuju ke kamar mandi. Pandanganku tak satupun dapat dialihkan oleh apapun, mungkin ini adalah panggilan hati. Hati yang rindu akan getaran maha dahsyat ketika sinyal hati terkoneksi dengan Maha Pemilik Hati.
Sejak saat malam itu, perasaan yg sering menggerogoti itu perlahan mulai menghilang. Entah kekuatan dari mana. Tak sedikit seringkali bisikan-bisikan halus datang secara tidak sengaja. Mungkin ini bisikan batin atau bisikan syaithan laknatullah. Ku coba mengingat kembali untaian doa-doaku malam itu, alhamdulillah perlahan bisikan-bisikan itu mulai menjauh. ”astaghfirullah” ucapku dalam hati. Bisikan apa lagi ini, mengapa di saatku sendiri seringkali terbesit untuk menghidupkan kembali sifat itu.

Bergelut dengan perasaan sendiri adalah hal yang sangat melelahkan bahkan menyita dan merampas tenaga dalam. Mungkin tak ada luka yang terlihat namun luka psikologis tetap ada.
Tiba-tiba tak sengaja ku buka whatsapp untuk melihat beberapa pesan yang masuk, tujuan sebenarnya cuman ingin membaca pesan. Namun entah jari menggeser ke status dan saat itu juga nafsu mulai menguasai tubuh melihat semua status (story) teman-teman. “prestasinya masya Allah, wah dia dapat penghargaan, masya Allah memang keren nih desain-desainnya” decak kagumku dalam hati. Lantas pikiranku terhenti pada sebuah status yang sedikit mengundang kedengkian “nilai IPKnya baru segitu aja bangga sesuai gak tuh sama  keilmuanya. Baru belajar ngedit ya, kok ada watermarknya(tanda air-terj)” celoteh-celotehku berkeliaran dalam hati. Entah darimana pikiran ini terus mengundang dosa.
Astaghfirullah.. sangat sulit memang jika harus berurusan dengan hati. Buktinya ini aku kadang dengki, benci dan riya akan perbuatan seperti itu. Sejatinya hal ini harus ku kubur dalam-dalam dan tak membiarkannya bangkit kembali. Lantas siapa yang membangkitkannya? Hati atau bisikan syaithan?. Jika boleh aku jelaskan semuanya masalah hati. Hati kita yang gak bersih sehingga pikiran untuk mengucapkan hal-hal yang tak kita inginkan seringkali keluar. Mengapa hati? Karena semua itu penyakit hati. Apa jadinya jika itu semua dari pikiran? Mungkin akan ada logika yang harus mempertimbangkannya. Andai kata hati dan logika sejalan mungkin tidak ada cinta yang buta, mungkin tidak ada sebuah kebahagiaan dalam kesederhanaan. Seolah aku ini tau isi hatiku, dalamnya laut ada yang tau tapi dalamnya hati siapa yang tau. Peribahasa ini mungkin tidak asing kita baca atau kita dengar. Itulah mengapa aku katakan perihal hati sangat luas untuk pembahasaannya. Berbicara benci juga akan membahas hati, dengki juga masalah hati lebih-lebih dengan riya. Bahkan rasulullah sangat khawatir mengenai penyakit hati ini karena termasuk dalam syirik.
Ada apa dengan hati sebenarnya, mengapa kita terkadang sulit untuk mereflesikan hati kita untuk kebaikan. Seringkali hati kita jugalah yang akan membawa kita ke jurang kehancuran jika kita tidak bisa menjaganya. Hal sederhana misalnya kita sering melihat teman kita mempunyai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) lebih tinggi padahal di kelas tidak terlalu aktif hanya datang dan duduk mendengatkan materi dari dosen. Sedangkan IPK kita lebih rendah padahal kita rajin dan sering bertanya setiap materi yang dibawakan oleh dosen kita. Lantas apakah hati kita akan ikhlas menerimanya? Tentu pasti ada gejolak kedengkian dan penolakan yang akan muncul. Lebih-lebih lagi kalo kedengkian kita lansung diekspresikan dengan kata-kata dan ucapan. Semua itu tidak gunanya untuk diri kita, yang ada hanya hati kita akan tersiksa atau bahkan akan semakin kotor akibat penyakit dengki ini.
Sebuah pelajaran berharga sering kali tidak lansung kita sadari saat itu juga, biasanya akan hadir ketika hati sedang benar-benar terkoneksi dengan sang Maha Pemilik Hati. Kekuatan yang hadir dari-Nya sangatlah dahsyat sehingga apapun kondisi kita saat itu juga akan menjadi lebih damai bahkan lebih baik lagi dari sebelumnya. Pelajaran berharga untuk diri kita jika hati mempunyai rasa yang kuat untuk terus berdamai dengan keadaan. Untuk tetap kuat di kala ujian cobaan terus menghantam jati diri kita. Alangkah merugi juga hati kita rapuh dengan hal-hal sepele, hal-hal keduniaan, hal-hal materi bahkan hal-hal yang tidak memberikan manfaat pun kita harus tersungkur. Sungguh kita adalah orang-orang yang lemah. Bukankah iman itu ada dihati. Mengapa tidak kita gunakan hati kita untuk menguatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Mengapa kita tidak mencontoh apa yang sudah diajarkan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam untuk kita terapkan dalam kehidupan kita. Bukankah ini leih bermanfaat dibanding dengan benci terhadap capaian orang lain, dengki atas segala yang didapat orang lain bahkan riya dengan apa yang lebih baik dari kita daripada orang lain.
Suasana hati setiap insan manusia berbeda, namun aku ingin mengatakan mustahil setiap insan tak memiliki sifat itu. Maka dari itu aku terus belajar hingga saat ini untuk mengubur sifat-sifat itu.
“hadirmu adalah sebagai faktor pengotor hatiku, seolah engkau bagaikan sebuah sifat yang tak bisa ku hilangkan. Namun tahukah engkau, aku punya Allah. Apakah engkau tidak takut jika aku mengadukanmu. Jika Dia berkehendak engkau akan tak bisa bangkit lagi dan bersemayam di hati ini. Sungguh mengerikan bukan. Ku lantunkan ayat-ayat suci-Mu ya Rabb, agar hati ini menjadi damai dan tenang. Ku ucap rasa syukur yang amat dalam untuk setiap nikmat-Mu yang Engkau curahkan pada hati ini. Berilah hamba hati yang kuat, kokoh dan lemah lembut terhadap sesama mahkluk-Mu. Sehingga sifat-sifat itu akan terkubur dalam-dalam dan tak akan bangkit lagi untuk hati ini. Aamiin”
Hati yang damai akan merdeka. Terkuburlah wahai benci, dengki serta riya. Semoga hilangnya engkau pada peradaban hati ini akan membuat kehidupan ku lebih bermanfaat.

Senin, 20 Juli 2020


Muhammad asdar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar